Kenapa terjadi keluhan berulang pada pasien Hirschsprung pasca operasi?
Oleh: dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA
Penyakit Hirschsprung (HSCR) merupakan penyakit genetik kompleks yang disebabkan oleh tidak terbentuknya sistem saraf intestinal (SSI) secara sempurna saat usia kehamilan 5-8 minggu. HSCR merupakan penyebab tersering obstruksi fungsional pada bayi dan anak, dengan keluhan utama buang air besar pertama kali saat baru lahir (mekoneum) terlambat (> 24 jam), perut kembung, konstipasi dan/atau enterokolitis. Insidensinya sekitar 1:5000 kelahiran hidup, sedangkan di Yogyakarta berkisar 1:3250 kelahiran hidup.
Secara umum, HSCR diklasifikasikan menjadi 3 tipe: 1) tipe short-segment: SSI tidak terbentuk sampai dengan kolon sigmoid, 2) tipe long-segment: SSI tidak terbentuk melebihi kolon sigmoid; dan 3) total colon aganglionosis: SSI tidak terbentuk pada seluruh kolon.
Sampai saat ini, terapi definitif HSCR adalah operasi, bisa 1 tahap (pull-through) atau 2 tahap (stoma dan pull-through) tergantung tipen HSCR-nya.
Sebagian besar pasien HSCR membaik pasca operasi. Hanya sebagian kecil saja yang masih mengalami keluhan serupa seperti sebelum dilakukan operasi (persistent bowel symptoms). Persistent bowel symptoms bervariasi mulai keluhan konstipasi sampai dengan perut kembung, muntah dan enterokolitis. Ada beberapa penyebab persistent bowel symptoms antara lain obstruksi mekanik, residual aganglionosis, internal sphincter achalasia, gangguan motilitas dan fungsional.
Selain itu, ada kemungkinan peran ekspresi gen SK3 sebagai salah satu penyebab persistent bowel symptoms. SK3 berperan pada potensial aksi di otot usus sebagai respon terhadap adanya neurotransmitter inhibitor. Ekspresi SK3 tertinggi dijumpai pada sel platelet-derived growth factor receptor alpha-positive (PDGFRA+), dimana sel PDGFRA+ ini bersama dengan sel interstisial Cajal dan sel otot polos usus mengatur aktivitas sekresi usus dan peristaltik.
Hasil penelitian kami mendukung hipotesis di atas yaitu ekspresi gen SK3 pada kolon pasien HSCR ternyata lebih rendah secara signifikan dibandingkan pada kolon kontrol. Akibat ekspresi SK3 yang rendah tersebut, maka tidak ada yang menghambat aktivitas kolinergik sehingga terjadi hiperkontraksi tonik. Hal ini yang mengakibatkan persistent bowel symptoms pasca operasi.
Saat konseling, perlu dijelaskan kepada orang tua pasien bahwa ada kemungkinan keluhan HSCR masih berlanjut pasca operasi, dengan salah satu kemungkinan penyebabnya adalah gangguan ekspresi gen SK3.
Referensi:
- Gunadi, Sunardi M, Budi NYP, Kalim AS, Iskandar K, Dwihantoro A. The impact of down-regulated SK3 expressions on Hirschsprung disease. BMC Medical Genetics. 2018;19(1):24.