Pandemi COVID-19 saat in masih menjadi masalah kesehatan yang mengkhawatirkan baik di Indonesia maupun dunia. Sampai dengan tanggal 6 September 2020 terdapat 194.109 kasus terkonfirmasi positif di Indonesia dan terus mengalami peningkatan. Karena itu, penelitian-penelitian mengenai virus penyebab COVID-19 (SARS-CoV-2) semakin gencar dilakukan khususnya untuk mengetahui profil genetik dari virus tersebut yang bisa mendukung pengembangan terapi dan vaksin serta dalam mengetahui proses penyebaran penyakit COVID-19.
Tim Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (Pokja Genetik FK-KMK UGM) telah melakukan pemetaan genetik (whole genome sequencing) terhadap 15 sampel pasien COVID-19 yang berasal dari daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Dari 15 sampel tersebut, 4 sampel berhasil didapatkan peta genetik virus SARS-CoV-2 secara keseluruhan dan ditemukan 3 sampel yang mengandung mutasi D614G. Hasil ini telah dipublikasikan di website GISAID dan terbuka untuk umum.
Telah diketahui, mutasi D614G pada virus SARS-CoV-2 in mempunyai daya infeksius 10 kali lebih tinggi di laboratorium (in vitro) dan telah tersebar di seluruh dunia. Mutasi in ditemukan pada 77.5% dari total 92.090 sampel pasien COVID-19 di seluruh dunia yang telah dilakukan pemetaan genetik. Sedangkan di Indonesia sendiri mutasi ini ditemukan pada 9 dari 24 isolat. “Sepertiganya terdeteksi di Yogyakarta dan Jawa Tengah”, ungkap Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D.
Tim Pokja Genetik FK-KMK UGM mengumpulkan ribuan sampel isolat yang berasal dari 98 fasilitas kesehatan (faskes) di DIY dan 30 faskes di Jawa Tengah. Sampel-sampel tersebut berasal dari berbagai Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan. “Sampel di DIY lebih dominan, tercatat 11.250 sampel dan 4.311 sampel dari Jawa Tengah. Secara keseluruhan ada 1.083 yang dinyatakan positif,” ujar tim Laboratorium Diagnostik FK-KMK UGM, dr. Titik Nuryastuti, M.Si, Ph.D, Sp.MK(K).
Namun menurut dr. Gunadi, tentunya jumlah ini jika dibandingkan data GISAID di seluruh dunia yang sebanyak 92.000 masih belum representatif. Sehingga penelitian lebih lanjut di Indonesia tetap perlu dilakukan untuk memperkuat hasil data ini. Dr. Gunadi menegaskan dengan fakta terdeteksinya virus SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G ini, sudah seharusnya semua pihak lebih disiplin untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, menggunakan masker, hindari kerumunan dan selalu menjaga jarak.
Dekan FK-KMK, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Ph.D., SpOG(K)., menuturkan penemuan awal ditemukannya mutasi virus Covid-19 ini diharapkan akan mendukung upaya pemerintah yang saat ini tengah dalam uji pengembangan vaksin. “Kita sangat bersyukur ada penemuan awal ini sehingga nantinya bisa berperan dalam pengembangan vaksin maupun obat dan terapi kedepannya. Selain itu, memberikan dampak pada strategi kebijakan kesehatan masyarkat maupun pengelolaan pasien di rumah sakit,” katanya. (Red: Alvin)